Monday, January 19, 2015

Menyikapi Dampak Globalisasi di Bidang Sosial Budaya


Berkaitan dengan dampaknya dibidang sosial budaya, maka sebagai generasi muda penerus bangsa, kita harus mengambil sikap untuk menghadapi arus modernisasi. Kita harus meningkatkan kualitas nilai keimanan dan moralitas masyarakat. Meskipun modernisasi datang dengan setumpuk pengaruh negatif, namun dengan perisai keimanan dan moral yang tinggi, maka pengaruh pada era globalisasi ini tidak mudah begitu saja menguasai diri kita. Maka keimanan dan moral kita dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara perlu dibenahi dan ditingkatkan lagi. Selain itu diperlukan juga meningkatkan jiwa dan semangat persatuan, kesatuan serta nasionalisme. Akibat dari kurangnya sikap persatuan akan berakibat pada lunturnya sikap gotong royong dan saling tolong-menolong yang telah diajarkan oleh nenek moyang kita. Sehingga jiwa individualisme lebih kental dibandingkan jiwa kebersamaannya. Yang lebih nampak lagi adalah ketika seseorang lebih memilih hal yang menguntungkan dirinya sendiri dibandingkan hal yang menguntungkan kepentingan bersama. Maka rasa kesatuan dan nasionalisme secara tidak langsung telah pudar seiring berjalannya waktu.
Maka dari itu perlu adanya kesadaran diri untuk memupuk dan meningkatkan rasa persatuan,kesatuan dan nasionalisme dalam setiap kehidupan. Ketika kita telah berhasil dengan kedua cara tersebut, penting juga melestarikan kebudayaan daerah. Karena jika bukan kita sendiri sebagai generasi muda yang turut melestarikan warisan budaya leluhur maka seiring dengan berjalannya waktu, budaya tersebut akan hilang begitu saja. Arus modernisasi perlahan-lahan dapat menyingkirkan budaya asli. Hal inilah yang sangat berbahaya. Sehingga kita sebagai generasi penerus, harus melestarikan budaya dan adat istiadat daerah secara bersama-sama. Setelah nilai atau arus modernisasi menyatu dengan nilai budaya, maka kita memiliki kewajiban untuk menumbuhkan rasa kebanggaan sebagai Bangsa Indonesia yakni dengan cara mendidik anak bangsa agar menjadi manusia Indonesia yang dilandasi oleh nilai-nilai budaya bangsa dan memiliki kemampuan untuk berkompetisi dalam dunia global. Terutama dengan meningkatkan motif berprestasi dan selalu berorientasi pada masa depan.
Terlebih lagi karena kita memiliki Pancasila yang senantiasa menyaring segala pengaruh globalisasi. Kita sebagai warga negara Indonesia harus memiliki sikap dan usaha untuk menghadapi pengaruh dari proses globalisasi dengan selalu berusaha untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, selalu meningkatkan pengamalan terhadap Pancasila untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, selalu meningkatkan ilmu pengetahuan agar dapat menilai mana yang dianggap baik dan benar, selalu meningkatkan mutu pendidikan dan ketrampilan agar menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu bersaing dengan bangsa lain. Dengan begitu kita tidak bergantung pada bangsa lain. Selalu mempertahankan dan melestarikan budaya lokal tradisional agar tidak digantikan oleh budaya bangsa asing dan yang terpenting lagi adalah menumbuhkan sikap terbuka dan tanggap terhadap pembaruan sehingga mampu menilai pengaruh yang dinilai baik dan perilaku yang dinilai tidak baik demi pembangunan bangsa. Jadi, sifat-sifat positif manusia modern sangat dibutuhkan untuk dikembangkan pada era globalisasi sekarang ini.

Tanggapan dan kecenderungan perilaku masyarakat mengenai perubahan sosial budaya pada era globalisasi


Memasuki era globalisasi kini, tampaknya arus modernisasi tidak dapat dihindari oleh negara-negara di dunia terkhusus negara Indonesia, dalam aspek kehidupannya. Menolak dan menghindari modernisasi di era globalisasi ini sama artinya dengan mengucilkan diri dari masyarakat internasional. Kondisi ini tentu akan menyulitkan negara dalam menjalin hubungan dengan negara lain. Berbagai tanggapan dan kecenderungan masyarakat dalam menghadapi arus modernisasi di era globalisasi ini, secara garis besar dapat kita bedakan menjdai sikap positif dan sikap negatif.
Adapun sikap positif dalam menghadapi arus modernisasi. Sikap positif disini akan menunjukkan bentuk penerimaan masyarakat terhadap arus modernisasi di era globalisasi. Dimana sikap positif ini mengandung unsur-unsur penerimaan secara terbuka. Sikap ini merupakan langkah pertama dalam upaya menerima pengaruh modernisasi. Sikap terbuka akan membuat kita lebih dinamis, tidak terbelunggu hal-hal lama yang bersifat kolot dan akan lebih memudahkan kita untuk menerima perubahan seiring berkembangnya zaman. Yang kedua masyarakat akan mengembangkan sikap antisipasif dan selektif terhadap berbagai hal. Sikap ini merupakan kelanjutan dari sikap keterbukaan kita terhadap penerimaan hal-hal baru tadi. Kemudian kita dapat membuka diri dari hal-hal yang baru. Langkah selanjutnya adalah kita harus memiliki kepekaan (antisipasif) dalam menilai hal-hal yang akan terjadi.
Berkaitan dengan pengaruh modernisasi pada era globalisasi ini, sikap antisipasif dapat menunjukkan pengaruh yang timbul akibat adanya arus modernisasi. Setelah kita mampu menilai pengaruh yang terjadi,maka kita harus mampu memilih (selektif) pengaruh mana yang baik bagi kita dan pengaruh mana yang tidak baik. Yang ketiga adalah sikap yang adaptif. Sikap ini akan membawa kita untuk berlanjut dari sikap antisipasif dan selektif. Sikap adaptif merupakan sikap yang mampu menyesuaikan diri terhadap hasil perkembangan modernisasi. Dan tentu saja penyesuaian yang dilakukan bersifat selektif artinya memiliki pengaruh positif bagi pelaku. Selain itu kita juga perlu menjaga budaya asli dengan tidak meninggalkan budaya asli. Perilaku ini adalah perilaku yang baik untuk kita tanamkan dalam diri kita. Namun seringkali, berkembangnya zaman dapat mengubah perilaku kita, mengamburkan budaya yang telah ada, bahkan menghilangkan budaya tersebut. Kondisi ini menyebabkan seseorang atau sekelompok masyarakat kehilangan jati diri mereka, sehingga kita perlu untuk menghindari. Semaju apapun dampak modernisasi yang kita hadapi, kita tidak boleh meninggalkan unsur-unsur budaya asli sebagai suatu identitas diri. Seperti contoh kita ambil negara Jepang. Negara Jepang ini merupakan salah satu negara yang maju dan modern. Namun mereka tidak sedikitpun meninggalkan budaya asli mereka sebagai masyarakat Jepang.
Dibalik sikap-sikap positif diatas,pasti kita temukan juga sikap yang negatif. Dimana sikap ini akan menunjukkan pada bentuk-bentuk penolakan masyarakat terhadap arus modernisasi pada era globalisasi. Sikap negatif ini mengandung unsur yang tertutup atau apatis. Sikap ini umumnya dilakukan oleh masyarakat yang telah merasa nyaman dengan kondisi kehidupan masyarakat yang telah ada, sehingga mereka merasa was-was, curiga, dan menutup diri dari segala pengaruh kemajuan zaman. Sikap apatis dan menutup diri ini tentunya juga kurang baik bagi diri kita sendiri. Karena sikap ini akan menjauhkan diri dari kemajuan zaman dan perkembangan dunia. Kondisi ini akan menyebabkan masyarakat negara lain yang terus tumbuh dan berkembang pesat seiring dengan kemajuan zaman. Sedangkan kita hanya bertahan pada kehidupan yang begitu-begitu saja dan bertahan pada satu titik tertentu. Adapun selain sikap yang apatis, juga ada yang dinamakan sikap acuh tak acuh. Sikap semacam ini tidaklah asing ditelinga kita. Pada umumnya sikap ini ditunjukkan oleh masyarakat awam yang kurang memahami arti cara modernisasi. Masyarakat awam pada dasarnya juga tidak terlalu repot mengurusi dampak yang akan ditimbulkan oleh modernisasi pada era globalisasi. Mereka mempercayakan sepenuhnya pada kebijakan pemerintah atau atasan mereka. Dalam artian bahwa orang awam hanya sebagai pengikut setiap kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah. Sikap ini cenderung pasif dan tidak memiliki inisiatif. Sikap yang selanjutnya adalah sikap kurangnya selektif dalam menyikapi perubahan modernisasi. Sikap ini ditunjukkan dengan menerima setiap bentuk hal-hal baru tanpa menyeleksi terlebih dahulu. Kondisi ini akan menempatkan segala bentuk kemajuan sebagai hal yang baik dan benar. Padahal tidak semua bentuk kemajuan zaman sesuai dengan budaya masyarakat kita. Jika seseorang atau suatu masyarakat hanya menerima suatu modernisasi tanpa adanya seleksi, maka unsur-unsur budaya asli mereka perlahan-lahan akan semakin terkikis oleh arus modernisasi yang mereka ikuti. Akibatnya, masyarakat tersebut akan kehilangan jati diri mereka dan ikut larut dalam arus modernisasi yang kurang terkontrol.

Hubungan antara Perubahan Sosial dengan Perubahan Kebudayaan


Teori mengenai perubahan-perubahan dalam masyarakat ini sering kali mempersoalkan perbedaan antara perubahan-perubahan sosial dengan perubahan-perubahan kebudayaan. Perbedaan demikian tergantung dari adanya perbedaan pengertian dari masyarakat dan kebudayaan. Apabila perbedaan pengertian tersebut dapat dinyatakan dengan tegas, maka dengan sendirinya perbedaan antara perubahan –perubahan sosial dan perubahan-perubahan kebudayaan dapat di jelaskan secara lebih mendalam. Perubahan –perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai aspek yang sama, yaitu keduanya bersangkut paut dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu pembaruan dengan cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhan kehidupannya.
Antara perubahan sosial dan perubahan budaya saling berkaitan, ketika perubahan sosial itu ada, maka perubahan budaya juga ada dan begitulah sebaliknya. Ruang lingkup daripada perubahan kebudayaan lebih luas dibandingkan dengan perubahan sosial. Seperti yang dikatakan pada paragraf sebelumnya. Namun dalam prakteknya, kedua jenis perubahan tersebut sangat sulit untuk dipisahkan (Soekanto,1990). Perubahan kebudayaan bertitik tolak dan timbul  dari organisasi sosial. Pendapat tersebut dikembalikan pada pengertian masyarakat dan kebudayaan. Masyarakat adalah kumpulan orang yang hidup berkelompok, terorganisasi, terstruktur dan memiliki aturan. Aturan –aturan tersebut kita kenal dengan norma, nilai, dan budaya sebagai ikatan sosial. Sedangkan kebudayaan mencakup segenap tata cara berpikir dan bertingkah laku yang timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif seperti cara menyampaikan buah pikiran secara simbolik bukan buah pikiran warisan karena keturunan.
Dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial dan perubahan kebudayaan mempunyai aspek yang sama yaitu keduanya berhubungan dengan suatu cara penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi, tidak ada yang lebih dahulu ada atau muncul antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan. Keduanya muncul secara bersamaan, karena itu diantara keduanya tidak bisa dipisahkan dan saling ketergantungan.
Misalkan contoh pada kehidupan masa kini. Ketika teknologi semakin maju, banyak masyarakat menggunakan handphone perubahan sosial terjadi karena globalisasi, maka perubahan kebudayaan juga terjadi dari menggunakan surat untuk berkomunikasi jarak jauh, kini hanya dengan menggunakan handphone, pesan tersampaikan dengan cepat.

Proses – Proses Perubahan Sosial dan Perubahan Budaya


Ada banyak proses terjadinya Perubahan Sosial dan Perubahan Budaya. Diantaranya adalah penyesuaian masyarakat terhadap perubahan yang ada dan ketidakserasian perubahan-perubahan sosial budaya tersebut.
Keserasian atau harmonisasi dalam masyarakat merupakan suatu keadaan yang diidam-idamkan oleh setiap masyarakat dalam kehidupannya. Dengan adanya keserasian dalam masyarakat dimaksudkan untuk suatu keadaan dimana lembaga masyarakat benar-benar berfungsi dan saling mengisi antara yang satu dengan yang lain. Dalam keadaan demikian, individu secara psikologis merasakan adanya pertentangan dalam norma-norma dan nilai-nilai. Setiap kali terjadi gangguan terhadap keserasian,maka masyarakat dapat menolaknya atau mengubah susunan lembaga-lembaga kemasyarakatan dengan maksud untuk menerima unsur yang baru.
Ada kalanya juga unsur-unsur baru dan unsur-unsur lama yang bertentangan secara bersamaan mempengaruhi norma-norma dan nilai-nilai yang kemudian berpengaruh pula pada warga masyarakat. Itu berarti adanya gangguan yang berkelanjutan terhadap keserasian masyarakat. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa ada ketegangan serta kekecewaan diantara para warga yang tidak mempunyai solusi serta lembaga yang akan memecahkan masalah tersebut. Apabila ketidakserasian dapat dipulihkan kembali setelah terjadi suatu perubahan, maka keadaan tersebut merupakan bentuk dari  penyesuaian masyarakat terhadap perubahan yang ada. Bila sebaliknya yang terjadi maka hal itu merupakan bentuk ketidaksesuaian yang mungkin mengakibatkan terjadinya anomie. Yaitu suatu kondisi sosial dimana terdapat kurangnya ketertiban, terutama dalam kaitannya dengan norma-norma dan nilai-nilai.
Keadaan itu akan didapat dari lembaga-lembaga kemasyarakatan dan penyesuaian individu yang ada dalam masyarakat tersebut. Dimana masyarakat berhasil menyesuaikan lembaga-lembaga kemasyarakatan dengan keadaan yang mengalami perubahan sosial dan kebudayaan. Sedangkan yang kedua menunujuk pada usaha-usaha individu untuk menyesuaikan diri dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang telah diubah atau diganti agar terhindar dari suatu proses sosial yang menjadikan  aspek tekanan batin, ketegangan, bencana batin dalam suatu sistem sosial. Proses sosial tersebut dapat kita lihat dalam bentuk perilaku menyimpang terhadap pola-pola kebudayaan yang ada. Kata lain dari bentuk perilaku tersebut adalah disorganisasi sosial, yakni gangguan dalam pola-pola dan mekanisme hubungan antara manusia. Dewasa ini disorganisasi sosial yang marak terjadi adalah meningkatnya angka perceraian dalam kehidupan keluarga. Yang merupakan suatu kegagalan dalam melaksanakan fungsi sosial.
Contoh saja yang dapat kita lihat di Minangkabau,dimana menurut tradisi wanita mempunyai kedudukan penting karena garis keturunan matrineal,terlihat adanya suatu kecenderungan dimana hubungan antara anggota keluarga lebih erat. Hubungan antara anak-anak dengan ayahnya yang semula dianggap tidak mempunyai kekuasaan apa-apa terhadap anak-anak sebab ayah dianggap sebagai orang luar cenderung menguat.
Diantaranya lembaga masyarakat itu adalah lembaga masyarakat dalam bidang pemerintahan, pendidikan, ekonomi, agama dan hiburan. Lembaga –lembaga tersebut merupakan suatu struktur yang mencakup hubungan antara lembaga-lembaga kemasyarakatan yang memiliki pola tertentu dan keserasian tertentu. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa lembaga tersebut difungsikan agar setiap perubahan yang terjadi dapat dikenal, diterima, diakui serta dipergunakan untuk semua kalangan agar mengalami perlembagaan. Seperti halnya disorganisasi.
Pada masyarakat yang sedang mengalami perubahan tertentu, tidak selalu pada perubahan-perubahan tersebut selalu mengalami keseimbangan. Melainkan ada unsur yang dapat begitu cepat berubah dan begitu lambat dalam perubahannya. Biasanya unsur yang mudah cepat berubah adalah unsur kebudayaan kebendaan dibandingkan dengan unsur rohaniah yang jauh lebih lambat. Misalkan suatu perubahan dalam bertani . Dia tidak begitu saja berpengaruh terhadap tarian-tarian tradisional akan tetapi berpengaruh terhadap sistem pendidikan anak-anak, karena memiliki hubungan erat terhadap orang yang dipekerjakan seperti tenaga-tenaga wanita pada industri dan lain-lain. Hal ini terjadi akibat ketidakserasian, maka kemungkinan besar akan terjadi kegoyahan dalam hubungan antara unsur-unsur tersebut. Sehingga keserasian masyarakat akan terganggu.
Suatu teori yang terkenal dalam sosiologi mengenai perubahan pada masyarakat adalah teori ketertinggalan budaya. Dimana teori tersebut mulai dengan kenyataannya bahwa pertumbuhan kebudayaan tidaklah selalu sama dalam keseluruhannya. Hal itu disebabkan karena perbedaan kemajuan dari berbagai bagian dalam kebudayaan suatu masyarakat. Ketertinggalan akan kebudayaan terjadi karena laju perubahan dari dua unsur masyarakat dan kebudayaan yang mempunyai korelasi tidak sebanding sehingga unsur yang satu tertinggal oleh unsur yang lain.

Perubahan Sosial dan Perubahan Budaya


 Secara umum, perubahan sosial dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau proses berubahnya struktur dan tatanan di dalam masyarakat yang meliputi pola pikir, sikap dan tingkah laku serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan kehidupan yang lebih bermartabat. 
Pada dasarnya setiap masyarakat yang ada di dunia ini dalam hidupnya dapat dipastikan akan mengalami apa yang dinamakan dengan perubahan-perubahan. Adanya perubahan-perubahan tersebut dapat kita ketahui ketika kita bergaul dengan individu lain lalu kita bandingkan dengan menelaah terlebih dahulu suatu masyarakat pada masa sekarang yang kemudian kita bandingkan dengan keadaan masyarakat pada waktu yang lampau. Perubahan –perubahan yang terjadi di dalam masyarakat tersebut, pada dasarnya juga merupakan suatu proses yang terjadi secara terus-menerus. Hal ini berarti dapat dikatakan bahwa setiap masyarakat pada kenyataannya akan mengalami perubahan-perubahan. Hanya saja perubahan-perubahan yang terjadi antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain tidak selalu sama. Hal ini dikarenakan adanya suatu masyarakat yang mengalami perubahan yang lebih cepat bila dibandingkan dengan lainnya. Namun sebaliknya, adapula masyarakat yang mengalami perubahan tersebut dengan lebih lambat dibandingkan dengan masyarakat lainnya. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan-perubahan yang tidak menonjol atau tidak menampakkan adanya suatu perubahan. Di samping itu terdapat pula adanya perubahan-perubahan yang memiliki pengaruh luas maupun terbatas. 
Jelas bahwa perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat disebabkan oleh banyaknya faktor yang mempengaruhi. Misalnya saja karena faktor komposisi penduduk, keadaan geografis serta berubahnya sistem hubungan sosial maupun perubahan pada lembaga kemasyarakatan. Dimana segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai,sikap dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat yang mencakup perubahan dalam aspek struktur dari suatu masyarakat ataupun karena terjadinya perubahan dari faktor lingkungan. 
Terkait dengan perubahan sosial dan perubahan budaya,keduanya jelaslah berbeda. Namun antara perubahan sosial dan perubahan budaya memiliki keterkaitan. Dimana suatu perubahan sosial pasti berpengaruh pada perubahan budaya, sementara budaya tidak mungkin lepas dari kehidupan sosial masyarakat. Karena itu sering disebut sebagai perubahan sosial budaya. Yang mana dari kata sosial budaya akan berguna untuk mencakup kedua perubahan tersebut. Perubahan sosial dan perubahan budaya, memiliki satu aspek yang sama yaitu kedua-duanya menyangkut perbaikan dan penerimaan cara-cara baru dan penemuan-penemuan baru bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. Perubahan sosial dan perubahan budaya, meski keduanya memiliki keterkaitan yang erat, namun dapat kita jumpai banyak perbedaan dari keduanya. Misalnya saja kita lihat terlebih dahulu dari arahnya. Dimana perubahan sosial merupakan perubahan dari segi struktur sosial dan hubungan sosial kehidupan masyarakat.  
Sedangkan perubahan budaya merupakan perubahan dalam segi budaya dalam masyarakat itu. Lalu kita lihat dari segi pengaruhnya terhadap kehidupan. Dimana perubahan sosial terjadi dalam segi pendidikan, tingkat kelahiran penduduk dan distribusi kelompok umur. Sedangkan pada perubahan budaya terjadi pada bentuk kesenian, kesetaraan gender, konsep nilai susila dan moralitas, penemuan baru dan penyebaran masyarakat. Perubahan kebudayaan ini jauh lebih luas dari perubahan sosial karena perubahan budaya meliputi banyak aspek seperti kesenian, ilmu pengetahuan teknologi dan peraturan hidup. 
Perubahan sosial biasanya memiliki beberapa ciri bahwa tidak ada masyarakat yang perkembangan berhenti pada satu titik, karena masyarakat akan mengalami perubahan yang begitu cepat atau perubahan yang begitu lambat, dan perubahan sosial berlaku secara tetap. Perubahan-perubahan itu tidak bersifat sementara maupun terpisah karena perubahan terjadi secara berurutan. Yang mana inovasi dan isu-isu akan mempengaruhi perubahan sosial. Yang kemudian perubahan sosial akan memberi akibat yang lebih luas pada pengalaman individu.

Perubahan Sosial Budaya dalam Masyarakat Akibat Arus Modernisasi Pada Era Globalisasi

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang terletak di bagian timur. Bangsa Indonesia dikatakan pula sebagai bangsa yang majemuk. Istilah majemuk tersebut berawal dari terkenalnya bangsa Indonesia dengan keanekaragaman dan keunikannya. Keanekaragaman dan keunikan yang dimiliki oleh Indonesia adalah keanekaragaman budaya. Dan dikatakan bahwa Indonesia adalah bangsa yang unik, karena budaya Indonesia yang beragam. Yaitu berbeda antara satu wilayah dengan wilayah yang lain. Bahkan suatu kebudayaan yang ada pada wilayah yang satu tidak dapat dengan mudah kita temukan di wilayah yang lain, meskipun kedua wilayah tersebut berada pada satu negara. Maka dari itu Indonesia dikatakan sebagai bangsa yang unik dan untuk mengetahui, memahami serta mengenal lebih dalam lagi terkait kebudayaan, maka diharapkan kita sebagai generasi penerus untuk ikut serta melestarikan budaya bangsa Indonesia. Hal ini dirasa perlu, agar budaya bangsa Indonesia tidak mudah hilang begitu saja dan tidak mudah diakui oleh bangsa lain.

Dalam setiap kehidupan bermasyarakat pasti mengalami sebuah perubahan, entah perubahan dari dalam diri masyarakat tersebut ataupun dari masyarakat luar. Berdasarkan sifatnya, perubahan bukan hanya terjadi untuk menuju pada kemajuan namun ada juga perubahan yang menuju ke arah kemunduran. Ada kalanya perubahan tersebut berlangsung secara begitu cepat dan adapula yang berlangsung lambat. Cepatnya perubahan tersebut dikarenakan adanya penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Dan seperti yang telah dikatakan tadi bahwa penemuan-penemuan tersebut bisa berasal dari masyarakat luar ataupun masyarakat itu sendiri. Dimana ada penyebaran kebudayaan lain ke dalam masyarakat yang bersangkutan. Penemuan-penemuan baru tersebut khususnya mengarah pada teknologi dan inovasi. Ada juga yang disebabkan oleh karena faktor jumlah penduduk yang banyak. Sedangkan perubahan yang berlangsung lambat diakibatkan karena kurangnya pergaulan masyarakat terhadap masyarakat luar. Biasanya lambatnya perubahan terjadi pada masyarakat dengan kebudayaannya yang primitive, yang hidupnya terisolasi jauh dari berbagai jalur hubungan dengan masyarakat lain diluar dunianya sendiri. Namun pada era zaman ini, banyak disebabkan karena perubahan dalam hal jumlah dan komposisi penduduknya yang minim. Disebabkan pula oleh lingkungan alam dan fisik tempat mereka tinggal. 

Dengan adanya perubahan tersebut, mereka dapat sedikit demi sedikit mengembangkan sistem-sistem kehidupan. Diantaranya sistem bahasa, sistem pengetahuan, sistem organisasi, sistem sosial, sistem peralatan (teknologi), sistem mata pencaharian, sistem religi dan sistem kesenian. Yang mana sistem itu dinamakan sebagai sistem kebudayaan. Kebudayaan adalah segala hal yang terkait dengan seluruh aspek kehidupan manusia dalam masyarakat tertentu yang memilikisejarah tersendiri. Dimana kebudayaan tersebut di hayati dan dimiliki oleh manusia secara bersamaan serta terikat pada ruang dan waktu sebagaimana halnya dengan subjek dan sumbernya yang tidak lain adalah manusia atau masyarakat pendukungnya. Oleh karena itu kebudayaan dikatakan sebagai keseluruhan aspek yang ada dalam kehidupan masyarakat. Maka dari itu masyarakat mengembangkan pengetahuan akan sistem-sistem, guna mengatasi kebutuhan dan kelangsungan hidupnya. Dan untuk saat ini. faktor terbesar dalam perubahan sosial adalah di era globalisasi yang penuh dengan munculnya teknologi-teknologi canggih. Dimana fakta tersebut lama kelamaan akan menggeser budaya. Jadi pada intinya perubahan sosial linear dengan perubahan budaya. Yang mana ketika terjadi perubahan sosial, maka akan terjadi perubahan budaya.

Merancang Bangun 3D dengan OpenGL dan VB 6

Perkembangan grafika komputer menuntut para pengembang sistem aplikasi grafika komputer untuk dapat mengembangkan suatu informasi yang dilengkapi dengan visualisasi dan animasi, agar dapat lebih mudah dipahami oleh pihak yang menggunakan sistem tersebut. Grafika komputer telah menunjukkan kemajuan  yang pesat dalam pengembangan berbagai aplikasi untuk menghasilkan gambar. Grafika komputer digunakan untuk menunjang berbagai bidang dengan teknologi grafika berbasis komputer. Penggunaan grafika komputer telah lama digunakan dalam beberapa macam aplikasi, diantaranya pendidikan, kedokteran, fisika, matematika, multimedia, dan lain-lain. Pada saat ini grafika komputer sudah digunakan pada bidang sains, engineering, kedokteran, bisnis, industri,  pemerintahan, seni, hiburan, iklan, pendidikan, dan lain-lain. Oleh karena itu, sudah semakin banyak pula bahasa pemrograman yang dilengkapi dengan tools/library pembuatan grafik Salah satu tools/library pembuatan aplikasi grafik adalah OpenGL (Open Graphics Library). OpenGL(Open Graphics Library) adalah suatu spefikasi grafik yang low-level yang menyediakan fungsi untuk pembuatan grafik primitif termasuk titik, garis, dan lingkaran. OpenGL digunakan untuk mendefinisikan suatu objek, baik objek 2 dimensi maupun objek 3 dimensi. Dan makalah yang disampaikan kali ini khusus membahas mengenai perancangan bangun 3 dimensi menggunakan Visual Basic 6.0

Objek 3 Dimensi 
Obyek 3-D adalah sekumpulan titik-titik 3-D (x,y,z) yang membentuk luasan-luasan (face) yang digabungkan menjadi satu kesatuan. Face adalah gabungan titik-titik yang membentuk luasan tertentu atau sering dinamakan dengan sisi.
Sistem Koordinat 3 Dimensi

Contoh pernyataan Objek : Limas Segiempat
Titik-titik yang membentuk obyek:
Titik 0  (0,150,0)
Titik 1  (100,0,0)
Titik 2  (0,0,100)
Titik 3 (-100,0,0)
Titik 4  (0,0,-100)